Sabtu, 05 November 2011

SURAT KETERANGAN TELAH MENGAWASI UJIAN

MAJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH KUTASARI

    MI MUHAMMADIYAH WALIK


Alamat : Jl. Walik Desa Kutasari Kec. Kutasari Kab. Purbalingga Jawa Tengah


 


 

SURAT KETERANGAN TELAH MENGAWASI UJIAN

Nomor. W.02/08/MIM-WLK/S.Ket./03/V/2011


 


 

Yang bertanda tangan di bawah ini, kepala MI Muhammdiyah Walik Desa Kutasari Kecamatan Kutasari kabupaten Purbalingga, menerangkan bahwa :

Nama         : Wahyu Budi Lestari, S.Pd.I.

NIP        : -

Tempat Tugas     : MI Muhammdiyah Karanglewas


 

Telah melaksanakan tugas dalam ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional (UAMBN) dan Ujian Madrasah (UM) di MI Muhammdiyah Walik tahun pelajaran 2010/2011.


 

Sebagai     : Pengawas Ruang

Sebanyak     : 12 (dua belas) jam


 


 

Walik, 9 April 2011

Panitia penyelenggara UAMBN/UM

Mi Muhammdiyah Walik


 


 


 

Setiyo

NIP. -


 


 


 


 

MAJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH KUTASARI

    MI MUHAMMADIYAH WALIK


Alamat : Jl. Walik Desa Kutasari Kec. Kutasari Kab. Purbalingga Jawa Tengah


 


 

SURAT KETERANGAN TELAH MENGAWASI UJIAN

Nomor. W.02/08/MIM-WLK/S.Ket./03/V/2011


 


 

Yang bertanda tangan di bawah ini, kepala MI Muhammdiyah Walik Desa Kutasari Kecamatan Kutasari kabupaten Purbalingga, menerangkan bahwa :

Nama         : Riyatmi,A.Ma.

NIP        : 197202282007102002

Tempat Tugas     : MI Muhammdiyah Kutasari


 

Telah melaksanakan tugas dalam ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional (UAMBN) dan Ujian Madrasah (UM) di MI Muhammdiyah Walik tahun pelajaran 2010/2011.


 

Sebagai     : Pengawas Ruang

Sebanyak     : 12 (dua belas) jam


 


 

Walik, 9 April 2011

Panitia penyelenggara UAMBN/UM

Mi Muhammdiyah Walik


 


 


 

Setiyo

NIP. -


 


 

DAFTAR CALON PESERTA UAMBN 2010/2011

MAJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH KUTASARI

    MI MUHAMMADIYAH WALIK

Alamat : Jl. Walik Desa Kutasari Kec. Kutasari Kab. Purbalingga Jawa Tengah


 

DAFTAR HADIR PENGAWAS RUANG

UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN)

DAN UJIAN MADRASAH (UM)

MI MUHAMMDAIYAH WALIK

TAHUN AJARAN 2010/2011

NO

KODE PESERTA

NAMA PESERTA

L/P

TEMPAT LAHIR

TANGGAL LAHIR

NAMA ORANGTUA

1

10-341-001-8

Adi Kurnianto

L

Purbalingga

28 Agustus 1999

Kusman

2

10-341-002-7

Amalia Anggi Febriani

P

Purbalingga

28 Februari 2000

Turyanto

3

10-341-003-7

Anggita Fitri

P

Purbalingga

17 Januari 1999

Heri Priyanto

4

10-341-004-6

Bayu Setiawan

L

Purbalingga

20 September 1999

Mad Sukedi

5

10-341-005-5

Dela Safitri

P

Purbalingga

13 Desember 1999

Madiarto

6

10-341-006-4

Dona Irianto

L

Purbalingga

27 Maret 1998

Rustoyo

7

10-341-007-3

Doni Saputra

L

Purbalingga

27 Maret 1998

Rustoyo

8

10-341-008-2

Galih Putra Pamungkas

L

Purbalingga

06 Agustus 1999

Supardi

9

10-341-009-9

Leni Mahretno

P

Purbalingga

28 Maret 1999

Mahyoto

10

10-341-010-8

Maulana Yusuf

L

Purbalingga

17 November 1999

Sutrisno

11

10-341-011-7

Rindia Irmawati

P

Purbalingga

12 Juli 1999

Kusnanto

12

10-341-012-6

Syahra Amelia Alvianita

P

Purbalingga

14 Juli 1999

Choerun Riyadi

13

10-341-013-5

Vera Novitasari

P

Purbalingga

25 Februari 1999

Suranto

14

10-341-014-4

Didi Prasetyo

L

Purbalingga

24 April 1997

Dani


 


 


Walik, 01 April 2011Ketua

Ketua

Panitia PenyelenggraUAMBN/UM

Mi Muhammdiyah Walik


 


 


 

Setiyo

    NIP.-


 


 


 


 


 

Siyo

NIP.     -

RESENSI BUKU : WAJAH TERAKHIR

WAJAH TERTINDAS PEREMPUAN


 



Judul     :     Wajah Terakhir

Penulis    :     Mona Sylviana

Penerbit     :     Gramedia Pustaka Utama

Terbit     :     I, Agustus 2011

Tebal     :     143 halaman

Harga     :     Rp. 35.000


 

Perlawanan terhadap dominasi laki-laki lewat karya sastra, tidak harus mencuatkan sosok heroik perempuan yang memberontaki nilai kultural yang dinilai mengekang. Namun hal itu dapat juga dilakukan dengan mendeskripsikan wajah ketertindasan yang ekstrem.

Itulah yang dilakukan oleh Mona Sylviana dalam antologi cerita pendek Wajah Terakhir. Dalam kumpulan cerpen ini, Mona tidak lagi memunculkan perempuan yang secara ideologis melawan peran-peran tradisional yang disuarakan dunia partriarkal.

Sebaliknya, Mona menyodorkan sebuah perlawanan dengan memperlihatkan marjinalisasi perempuan pada titik paling inti dan eksterm, yakni penderitaan perempuan lewat deskripsi-deskripsi yang menghenyakkan. Di sini perempuan tidak muncul sebagai sosok yang menggapai-gapai kesetaraan dengan laki-laki, namun membiarkannya tampil sebagai sosok yang menderita.

Strategi ini boleh jadi jitu. Sebab dengan memfokuskan cerita pada ketertindasan seperti itu, pembaca akan ikut merasakan luka-luka yang dialami perempuan akibat marjinalisasi tersebut. Pembaca seakan diajak untuk memberikan makna lain sebuah penderitaan.

Seperti pada cerpen Mata Andin. Lewat mata seorang anak perempuan, pembaca ditarik untuk melihat penderitaan tokoh ibu tanpa meghadirkan keluhan-keluhan kemisikinan yang melankolis. Kemiskinan seolah-olah bukan persoalan pokok oleh istri yang disia-siakan oleh suaminya, namun ia punya solusi untuk mempertahankan hidupnya, dengan menjual ginjalnya.

Dalam cerpen ini, perempuan tidak digambarkan sebagai sosok yang mempertimbangkan ini-itu, namun memiliki penyelesaian konkret. Keputusan menjual ginjal tersebut ia eksekusi tidak beda dengan ketika ia menjual perabotan rumah.

Lihat juga cerpen Ba(o)rok. Dalam cerpen ini perempuan yang menjadi korban perkosaan seakan menjadi sosok yang tidak berharga di mata calon suaminya. Seakan sang calon suami adalah seseorang yang paling suci hingga memiliki hak untuk meninggalkan perempuan yang akan dinikahinya.

Tokoh Barok dalam cerpen Ba(o)rok, si pemerkosa, mencoba menghindar dari tanggung jawab. Anak hasil pemerkosaan itu mendesak sang ibu untuk meminta pertanggungjawaban dari sang ayah biologis. Namun sang ibu menolak. Si anak berinisiatif mencari Barok. Namun di ujung cerita, si anaklah yang tidur bersama Barok.

Hal lain yang unik dari cerpen-cerpen Mona adalah kejutan-kejutan yang ia sampaikan di belakang cerita. Awal cerita yang lambat karena memang tidak langsung menuju inti persolan, diakhiri dengan kejutan yang mengguncangkan.

Sebut saja pada cerpen Wajah Terakhir. Pada cerpen ini at, tokoh Maria--korban pemerkosaan etnis minoritas--berkesempatan menjadi penerjemah seorang pasien kanker stadium empat. Maria tahu, pasien itu adalah ayah dari lelaki yang pernah memerkosanya.

Awalnya pembaca akan menduga kesediaan Maria untuk menolong pasien itu karena alasan-alasan kemanusian. Namun sebenarnya ia ingin mempercepat kematian sang pasien.

Kelebihan lain dari cerpen-cerpen Mona ialah penggambaran yang detil lewat pemilihan diksi yang begitu selektif. Ini membuat pembaca benar-benar terlibat dalam situasi-situasi yang digambarkannya.***

SUSUNAN OSIS SMA TERBUKA 2011/2012

SUSUNAN KEPENGURUSAN OSIS

SMA TERBUKA KUTASARI

MASSA BHAKTI 2011/2012


 

Ketua I     :     BUDI SAPTIAWAN

Ketua II     :     YUSUF AFITULLAH

Sekretaris I     :     AYU

Sekretaris II     :     TRISNAWATI

Bendahara I     :     TIAS FITRIANI

Bendahara II     :     IIS SALFIAH

Seksi- Seksi     :

  • Seksi Kerohanian     :    SULASTRI

    NOVI ALFIAH

    SITI LATIFA

    ERI

    NURHALIMH

  • Seksi Bela Negara     :     KATRIANI

    NOVIANTI

    TESA HESTIYA. P

    SOLEKHAN

    OKTI SAPURTI

  • Seksi Sastra dan Budaya     :    DWI ASIH

    TRIHAYATI

    ESTI

    EVA

    ADNAN

  • Seksi Akademi, Seni dan Olahraga     :     ASTRI

    JENI SAFITRI

    ASRI OKTAVIANI

    EKO PRATOMO

    RIZKI DINA


     

    Kutasari, 2 November 2011

    Ketua Panitia 9


     


     


     


     

Riko Ngarozah

SURAT PERNYATAAN PENGIRIMAN NOMOR REKENING BANK

SURAT PERNYATAAN

PENGIRIMAN NOMOR REKENING MADRASAH/PPS


 

Pada hari ini, tanggal 6 September 2011 kami kirimkan salinan halaman pertama Buku Tabungan Bank

Pembangunan Daerah Jawa Tengah alamat Bank atas nama Madrasah/PPS:

Nama Madrasah    :    MI Ma'arif NU Candiwulan

NSM            :

Alamat Madrasah    :    Jalan

                Kel/Desa Candiwulan

                Kecamatan Kutasari

                Kab/Kota Purbalingga

No Rekening        :

Atas Nama        :    1.

                2.

Nomor telepon yang bias dihubungi jika fax yang kami kirimkan kurang jelas :

1.No

2.No

3.No


 


 

                         Yang Mengirimkan


 


 

( SUTAR,S.Pd.I )

NIP: - - -

RESENSI BUKU : SUARA KRITIS TWITER

SUARA KRITIS DARI TWITTER


 



 

Judul     :     Percikan (Kumpulan Twitter @gm_gm)

Penulis     :     Goenawan Mohamad

Penerbit     :     Gramedia Pustaka Utama

Tahun     :     2011

Tebal     :     ix + 320

Harga     :     Rp. 65.000

Dunia virtual merupakan media alternatif yang demokratis. Artinya, ia hadir dengan terlepasnya pakem-pakem seperti yang melekat pada media tradisional seperti surat kabar maupun televisi.

Dengan begitu, setiap individu yang memiliki akses ke jaringan internet, dapat menjadikannya medium komunikasi. Setiap hal dapat dikomunikasikan secara bebas, mulai dari ide, gagasan, opini, sindiran ataupun kecaman.

Twitter, sebagai media sosial di dunia virtual, memiliki karakter yang sama. Tidak mengherankan jika Twitter terpilih juga sebagai medium komunikasi. Twitter tak hanya terbuka, melainkan resisten terhadap intervensi.

Tidak salah jika Goenawan Mohammad memilih Twitter untuk melemparkan pecahan gagasannya. Ia seakan dapat melihat bahwa media ini punya kekuatan tersendiri, apalagi akunnya memiliki puluhan ribu pengikut (followers).

Kumpulan celetukhan--demikian Goenawan mengistilahkannya--merupakan tweet Goenawan yang dimulai pada akhir tahun 2009. Hingga Agustus 2011 jumlah tweet yang ia sampaikan hampir mendekati 18.000 buah.

Keseluruhan tweet ini dikumpulkan menjadi beberapa kategori. Kategori tersebut antara lain media dan informasi, politik dan demokrasi, ekonomi dan konsumerisme, bangsa dan negara, hingga tokoh dan sejarah.

Adalah usaha yang pantas untuk dihargai untuk mengumpulkan tweet Goenawan dalam sebuah antologi. Pasalnya, memang banyak ide, pernyataan ataupun pemikiran yang layak didokumentasikan.

Semua itu disampaikan secara beragam oleh Goenawan, ada yang bernada pedas, penuh sindiran, bahkan humor. Ini yang membuat kumpulan tweet ini lebih bercitarasa, ringan, namun tetap perlu dikulum agar "manisnya" terasa.

Meskipun demikian, Goenawan tetap kritis. Sesuatu yang busuk akan tetap ia katakan busuk. Ia bahkan tidak segan untuk keras menunjuk "orang-orang di Senayan" sebagai hipokritan yang rakus kekuasaan dan doyan fulus.

Kategorisasi ini menjadi cara yang pas untuk memahami satu per satu tweet Goenawan. Pasalnya, jika tweet ini dibaca secara terpisah dalam medium yang berbeda-beda, maka tweet ini menjadi "tidak" berbunyi apa-apa.

Hal yang kurang dari buku ini adalah tidak adaanya latar belakang dari tweet yang ditulis oleh Goenawan. Padahal latar hal ini akan mengembalikan ingatan seseorang pada peristiwa yang dimaksud oleh Goenawan.

Pembaca mutakhir mungkin dapat memahami tweet Goenawan. Namun jika buku ini kelak dibaca oleh mereka yang saat ini masih berusia belasan tahun, barangkali apa yang disampaikan oleh Goenawan tak lagi punya makna.

Lihat saja tweet Goenawan pada halaman 132 tentang "cicak dan buaya". Bayangkan, pada saat itu makna "cicak" dan "buaya" mungkin sudah tidak lagi sama dengan saat ini.

Atau tweet mengenai Nurdin Halid yang disindir akan membuat pakaian ala pemimpin Libya M Khadafi. Tweets ini tidak akan punya makna jika pembaca tidak paham sejarah Libya.

Tetapi tweet memang sebuah celetukhan spontan yang dapat ditulis dari manapun dan dalam kondisi apapun. Tweet bukanlah sebuah esai yang ditulis dengan persiapan, referensi atau bahan khusus.

Namun, paling tidak, kekritisan Goenawan mengingatkan kepada pembaca bahwa negeri ini masih berjubel dengan masalah yang nyata-nyata menuntut penyelesaian.

RESENSI BUKU : PINTU TERLARANG

Resensi Buku

PINTU TERLARANG

Karangan Sekar Ayu Asmara

  


Novelis indonesia, Sekar Ayu Asmara bikin gebrakan dengan menjadikan Novel Pintu Terlarang sebagai sebuah film. Tapi, artikel kali ini khusus buat ngasi tau Resensi Novel Pintu Terlarang aja. Khan, artikel sebelumnya uda tuw bahas Resensi Film dan Pemain Film Pintu Terlarang.

Sekar Ayu Asmar pinter dan luwes banget waktu ngebagi 3 cerita dalam novel ini. Ketiga masalah yang diangkat pun ga' ada nyambung-nyambungnya. Jadi bingung sendiri awalnya, apa ke-3 cerita ini bakal berbenturan akhirnya?

Sesi pertama nyeritain seorang anak berumur 9 tahun. Nie anak terus menerus ngedapetin kekerasan fisik sejak kecil oleh kedua orang tuanya. Dan dengan Cap anak Nakal yang diberikan orang tuanya, dia tumbuh jadi anak yang abnormal dan berkelakuan aneh.

Pada sesi kedua, diceritakan tentang tokoh utama Novel bernama Gambir. Seorang pria tampan dengan karir sebagai pematung sukses. Gambir memiliki seorang istri cantik, perfeksionis dan juga sukses dalam pekerjaannya, bernama Talyda. Sekilas terlihat, hubungan keduanya sangat bahagia dan serasi. Namun, nyatanya tidak. Ketika mereka hanya berdua, suasana penuh intrik dan misteri mulai menyelimuti. Ketegangan terjadi saat Gambir begitu penasaran dengan sebuah pintu di ruang kerjanya. Talyda menjulukinya, Pintu Terlarang.

Talyda berdiri bertolak pinggang sambil mengancam suaminya "Kamu ingat ya Gambir. Pintu itu adalah pintu yang terlarang." Ia menudingkan jari telunjuknya dekat ke wajah Gambir. "Sekali kamu buka, semua yang kita telah bina selama ini akan hilang. Sekali kamu buka, hidup kita akan berakhir. Hidup KAMU akan berakhir!!!"

Terakhir, sesi ketiga nyeritain tentang kisah seorang wanita bernama Ranti. Seorang wartawan yang begitu terobsesi mengungkap kisah anak yang jadi korban penganiyaan kedua orang tuanya.

Nah, saat ketiga sesi cerita diatas tadi mulai saling berbenturan, kebenaran pun akhirnya mulai muncul ke permukaan. Gambir, akhirnya membuka Pintu Terlarang dan mulai menemukan jawaban atas rahasia yang selama ini memenjarakannya.

RESENSI BUKU : KEJAHATAN COCA COLA

Nama    :    ALIF HARTANTO

Kelas    :    IXE

No. Absen    :    02

Sekolah    :    SMP Negeri 1 Kutasari

Mata Pelajaran    :    Bahasa Indonesia


 


Judul     :     The Coke Machine, Kebenaran Kotor di Balik Minuman Ringan Favorit Dunia

Penulis     :     Michael Blanding

Penerbit     :     Elex Media Komputindo

Terbit     :     2011

Halaman     :     420 Halaman

Harga     :     Rp. 99.800

Korporasi raksasa yang mendunia selalu memiliki dua wajah yang bertolak belakang Di satu sisi ia dapat tampil cantik, namun di sisi lain ia memiliki wajah buruk yang selalu ingin dirahasiakan.

Begitu juga dengan perusahaan minuman ringan bersoda The Coca Cola Company. Perusahaan yang telah mendunia ini dilaporkan memiliki sejumlah persoalan yang selama ini tidak diketahui oleh publik.

Buku yang ditulis oleh Michael Blanding ini menjelaskan bagaimana kemajuan perusahaan yang berdiri pada tahun 1892 itu bukan semata-mata karena kehebatan produknya, namun karena iklan.

Iklan Coca Cola yang begitu hebat telah membentuk berbagai citra tentang Coca Cola. Tak ayal lagi, Coca Cola tidak hanya sekadar brand yang mendunia, namun juga sebuah kultur.

Sebagai sebuah kultur Coca Cola menjadi bagian dari keseharian, terutama orang-orang Amerika. Konsumsi Coca Cola pun menjadi sebuah simbol ataupun identitas masyarakat Amerika.

Hasilnya, lingkar pinggang orang Amerika kian membesar. Penelitian menunjukkan bahwa minuman soda yang ditambahkan pada porsi setiap kali makan, akan menambah kemungkinan kegemukan sekitar 60 persen (hal. 90).

Di samping itu, Coca Cola pun telah masuk dalam dalam ritus-ritus keagamaan dan praktik budaya. Masyarakat yang hidup di perbukitan Chiapas Highlands, Meksiko, misalnya, kini telah melibatkan "si kaleng merah" dalam ritual-ritual keagamaan, ia menjadi bagian dari pemujaan.

Hal ini menunjukkan bagaimana Coca Cola telah mengubah kode-kode dalam praktik ritual. Ia telah menjungkirbalikkan nilai-nilai otentik budaya lokal. Jika memang Coca Cola concern dengan keberlangsungan budaya lokal, seharusnya ia dapat mengendalikan ini.

Persoalan yang harus dihadapi Coca Cola adalah persoalan pelanggaran hak-hak asasi buruh. Ini terjadi di Columbia. Di negara ini sejumlah kasus yang berakhir pada kematian buruh pabrik Coca Cola, beberapa kali terjadi.

Tuntutan buruh untuk memperoleh hak-haknya ternyata tidak selalu mendapat respon positif. Bahkan Dalam buku ini disampaiakan justru perusahaan yang berusaha untuk menghancurkan serikat pekerja yang menuntut hak-haknya.

Malah, dilukiskan dalam buku ini adanya kemungkinan disewanya tentara bayaran untuk menghentikan gerakan serikat pekerja. Di negeri yang sama juga dilakukan montaje judicial atau jebakan pengadilan terhadap para aktivis serikat pekerja.

Masalah lain yang terus menyudutkan Coca Cola adalah pencemaran lingkungan. Dari India dilaporkan bahwa perusahaan minuman bersoda itu telah mencemari lingkungan. Mereka membuang limbah pabrik dengan seenaknya.

Limbah pabrik itu telah memperburuk kondisi lingkungan. Bahkan hewan-hewan peliharaan mati karena meminum air dari sungai yang tercemar. Keinginan untuk mengubah keadaan ini juga tidak kunjung muncul.

Catatan lain tentang buku ini ialah, adanya ketidakberimbangan dalam menampilkan fakta mengenai Coca Cola. Hasilnya, buku ini terkesan sebagai black campaign terhadap perusahaan asal Amerika Serikat itu.

RESENSI BUKU : KRETEK JAWA

Nama    :    LINDA NURANI

Kelas    :    IXE

No. Absen    :    18

Sekolah    :    SMP Negeri 1 Kutasari

Mata Pelajaran    :    Bahasa Indonesia


 


Judul    :     Kretek Jawa, Gaya Hidup Lintas Budaya
Penulis    :    Rudy Badil
Penerbit    :    Kepustakaan Populer Gramedia
Halaman    :     xxvii + 171 halaman
Terbit    :     Agustus 2011
Harga    :     Rp. 175.000 (soft cover)

Kretek bukan sekadar komoditi. Dalam perjalanan sejarahnya ia juga membentuk sebuah kultur. Tidak hanya memasyarakatnya kebiasaan mengisap kretek, namun juga dampak industrialisasi kretek itu sendiri.

Kebiasaan mengisap rokok sebenarnya sudah lama dikenal oleh masyarakat, khususnya Jawa. Sejumlah sumber susastra lama menyiratkan hal itu, meskipun tidak ada kejelasan apakah apa yang mereka isap saat itu merupakan rokok tembakau seperti yang kita kenal sekarang.

Menurut hasil rieset Zoetmulder yang dikutip dalam buku ini, dalam kitab-kitab lama ada kata dasar udud yang diartikan sebagai rokok. Jika benar kata udud memiliki arti rokok seperti yang dikenal dalam bahasa Jawa saat ini, maka itu berarti kebiasaan merokok sudah dikenal lama dalam masyarakat Jawa.

Lalu dari mana asal-usul kata kretek? Kretek diperkirakan muncul berdasarkan onomatope atau sebutan yang dimunculkan berdasarkan bunyi. Hal ini disebabkan rokok tembakau yang ditambah cengkeh akan menimbulkan bunyi kretek-kretek.

Ada beberapa hal menarik yang disampaikan dalam buku ini. Salah satunya adalah mengenai buruh pabrik kretek. Sebuah pabrik kretek besar di Kudus, Jawa Tengah, misalnya, menjadi gantungan hidup bagi 75.000 buruh, baik dari Kudus ataupun kota-kota di sekitarnya.

Para buruh ini terutama bekerja untuk memproduksi kretek lintingan. Kretek lintingan tidak diproduksi dengan mesin, melainkan mengandalkan kelincahan, kecepatan dan keterampilan jemari para buruh.

Dari data yang ada, kehadiran para buruh kretek ini berhasil menggerakkan roda ekonomi lainnya. Sebut saja pemilik mobil angkutan umum, perahu penyeberangan, hingga para pedagang, rentenir, penitipan sepeda, yang hadir saat pasar dadakan muncul di sekitar brak (barak) penampungan para buruh.

Dapat diduga, akan ada banyak sendi ekonomi rakyat yang lumpuh jika industri rokok mengalami kebangkrutan. Apalagi kini kampanye anti rokok kian gencar. Tampaknya otoritas terkait harus memberikan solusi jika memang industri rokok harus dibatasi.

Hal menarik lain yang diungkap dalam buku ini adalah mengenai label produk kretek yang beredar di pasaran. Dalam buku ini terungkap, pemberian label tidak sekadar perkara visual, namun juga bentuk simbolik dari ruang lingkup kebudayaan di jamannya, yang disebut juga sebagai "simbol ekspresif".

Lalu bagaimana dengan merek? Merek pun memiliki cerita lain. Buku ini mengungkapkan merek atau brand kretek selalu berkaitan dengan filosofi, keyakinan, dan inspirasi. Merek seakan memiliki kebermaknaan, baik bagi produsen kretek maupun konsumennya.

Memilih merek pun sering dilakukan dengan berbagai cara, misalnya mengaitkannya dengan harapan-harapan, falsafah yang diyakini akan membawa dampak positif. Etnis Tionghoa misalnya mengombinasikan benda ataupun angka agar produknya lebih mudah diterima masyarakat.

Buku ini secara umum berisi sejarah industri kretek, terutama sebelum masa kemerdekaan. Dari paparan sejarah tersebut pembaca dapat melihat pasang surut indutri kretek di Jawa. Dari sini dapat dinilai pengelolaan komoditi secara benar dapat memberikan banyak manfaat bagi pendapatan negara.***

RESENSI BUKU : PANJI TENGKORAK : VIA EDIT

Nama    :    OKTAVIANI

Kelas    :    IXF

No. Absen    :    24

Sekolah    :    SMP Negeri 1 Kutasari

Mata Pelajaran    :    Bahasa Indonesia


 


Judul    :     Panji Tengkorak, Kebudayaan dalam Perbincangan
Penulis    :     Seno Gumira Adjidarma
Penerbit    :     Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun    :     2011


 

Dari sebuah artifak budaya dapat dilihat bagaimana sebuah kebudayaan berlangsung. Artinya, kompleksitas budaya dapat dilihat dengan melakukan pembacaan terhadap artifak ataupun teks. Berbagai kekuatan maupun kekuasaan yang melatari sebuah budaya dapat ditelusuri lewat proses ini.

Begitu pula dengan komik. Komik sebagai sebuah artifak yang lahir dalam sebuah masyarakat, diyakini merepresantasikan kedalaman sebuah budaya. Ia tidak hanya sebuah karya seni, melainkan juga sebuah sejarah panjang ideologis, termasuk komik Indonesia.

Dikatakan sejarah panjang karena tidak ada satu pun komikus Indonesia, terutama komikus di tahun 1960-an hingga tahun 1970-an. yang membuat komik tanpa mempelajari gagasan, cara bertutur, gaya maupun teknik menggambar dari berbagai macam komik yang memasuki Indonesia, misalnya saja komik Amerika.

Hal ini memperlihatkan bahwa komik-komik asing memengaruhi perkembangan komik Indonesia. Jika ini dikaitkan dengan dinamika pemasaran, ataupun tarikan ideologi maupun politik identitas kekuasaan, maka komik Indonesia menjadi sebuah wilayah pertarungan ideologi.

Dalam buku ini, Seno Gumira ingin membuktikan hal itu lewat risetnya atas komik Indonesia. Untuk itu ia mengambil pilihan komik Panji Tengkorak. Panji Tengkorak karya Hans Jaladara pernah populer di tahun 1960-an.

Komik ini kemudian mengalami perubahan dalam setiap penerbitan ulangnya, baik dari segi visual maupun tekstual. Perubahan itu terjadi pada tahun 1985 dan tahun 1996. Dengan begitu, komik Panji Tengkorak yang ditampilkan sebagai perbandingan ialah komik dengan tahun terbitan 1968, 1985 dan 1996.

Kajian budaya yang dilakukan oleh Seno ini adalah sebuah strategi untuk membongkar aneka tarikan ideologi yang terdapat di dalamnya. Bahkan pergulatan sang autor pun dapat ditelusuri dengan metode kajian budaya ini.

Dari "pembacaan" terhadap ketiga komik tersebut, ada sejumah catatan yang dihasilkan Seno. Pertama komik adalah sebuah konstruksi realitas. Artinya dalam Panji Tengkorak terdapat tanda-tanda yang mengacu pada realitas, yakni jejak kebudayaan itu sendiri.

Komik juga berusaha melepaskan diri pembebanan wacana dominan dan pengalamiahan kebudayaan. Sebab pada dasarnya kebudayan adalah proses yang dirancang, dan bukan terjadi dengan sendirinya.

Selain itu, yang menarik, dari komik Panji Tengkorak adalah, dapat diketahuinya identitas serta kompleksitas sang pengarang, yakni Hans Jaladara, yang bernama asli Liem Tjong Han.

Dalam komik Panji Tengkorak, Hans Jaladara memang terkesan anonimistik, enggan menyebutkan identitasanya sebagai keturunan Tionghoa. Barangkali ini diakibatkan iklim diskriminatif tethdap kaum keturunan Tionghoa.

Namun, ditemukannya istilah maupun penamaan terhadap jurus silat tertentu, tampaklah isyarat bahwa pembuat komik Panji Tengkorak dekat dengan kultur Tionghoa.

Dari buku ini dapat terlihat bahwa pelacakan jejak budaya lewat kajian budaya, dapat diketahui bagaimana sebuah budaya terbetuk, serta bagaimana ideologi serta kepentingan saling bertarung di dalamnya.***

RESENSI BUKU : JURNALISME DAN POLITIK DI INDONESIA

Nama    :    DEWI SEPTIANI

Kelas    :    IXE

No. Absen    :    11

Sekolah    :    SMP Negeri 1 Kutasari

Mata Pelajaran    :    Bahasa Indonesia


 


Judul     :    Jurnalisme dan Politik di Indonesia

Penulis     :     David T Hill

Penerbit     :     Yayasan Obor Indonesia

Terbit     :     I, Agustus 2011

Tebal     :     362 halaman

Harga     :     Rp. 75.000

Mochtar Lubis adalah ikon pers Indonesia. Keberaniannya mengritik penguasa terus menjadi buah bibir hingga kini. Karena kritikan tersebut, pemerintah acap kali merasa jengah. Buntutnya, Mochtar dijebloskan ke penjara.

Buku ini tampaknya ingin memperlihatkan bagaimana sepak terjang Mochtar Lubis di jagat pers dan kaitannya dengan dinamika politik nasional. Tidak hanya karena posisinya sebagai pemimpin Indonesia Raya yang bertiras besar dan berpengaruh, namun karena Mochtar memiliki garis moral perjuangan yang sulit digeser, yang tercermin lewat gaya jurnalistiknya.

Garis moral tersebut kira-kira, selalu kritis terhadap kecenderungan negatif penguasa seperti korupsi, penyalahgunaan wewenang, penyelewengan jabatan, serta kemerosotan moral pemangku kekuasaan.

Ketika Presiden Soekarno menikahi Hartini misalnya, Indonesia Raya jelas-jelas mengritiknya. Bahkan Mochtar terang-terangan menyerang Soekarno (Hal. 57). Soekarno pun gerah dengan "ulah" Mochtar tersebut..

Krtik keras Mochtar tak berhenti di situ, melainkan juga ketika Konferensi Asia-Afrika berlangsung pada tahun 1955. Saat itu ia mengritik panita "keramahtamahan" yang "menyediakan" perempuan untuk menyenangkan para delegasi.

Ketika Indonesia Raya berada di Orde Baru, orientasi perlawanannya tidak berubah. Meskipun pada awalnya harian ini mendukung garis kebijakan Suharto, namun ia tetap kritis. Misalnya saja kritik kasus korupsi Pertamina oleh Ibno Sutowo yang memiliki kedekatan dengan Presiden Suharto.

Namun, sikap keras Mochtar Lubis tidak selalu menuai pujian dari orang-orang yang mendukung perjuangannya. Sebaliknya, ia memperoleh kritik. Keberpihakannya membuat pemberitaannya menjadi tidak seimbang.

Pernyataan antikomunis di Indonesia Raya misalnya, selalu memperoleh ruang yang besar. Sebaliknya, pemberitaan atau statement yang mendukung komunis, selalu memperoleh porsi yang lebih sedikit.

Bahkan pada peristiwa berikutnya, Mochtar Lubis menolak penyelenggaraan Pekan Film Rusia pada tahun 1969. Soe Hok Gie mengritik halini. Soe Hok Gie menuduh Mochtar sebagai orang yang berpandangan sempit sekaligus seorang pelacur intelektual.

Selain itu, buku ini juga menyinggu Mochtar Lubis sebagai seorang sastrawan. Protesnya terhadap pemerintah, deskripsi sebuah situasi moral, ataupun eksplanasi kondisi saat menjalankan tugas jurnalistik, ia ungkapkan lewat karya-karya sastranya.

Ini yang membuat Mochtar Lubis menonjol sebagai sastrawan. Sejumlah pengakuan internasional ia peroleh karena karya-karya sastranya tersebut. Kepiawainnya tidak hanya teruji di bidang jurnalistik, namun juga di dunia kepengarangan.

Sebagai sebuah biografi kritis, buku ini memberikan perspektif yang lebih luas mengenai Mochtar. David T Hill tidak berpretensi memuji-muji Mochtar, namun juga memperlihatkan sisi manusiawi Mochtar. Pada buku ini Mochtar beberapa kali digambarjan sebagai sosok yang dapat juga meletupkan kebencian, kesumat, hingga kekeraskepalaan.

Itulah Mochtar Lubis, meskipun perjuangannya tak sepi kritik, namun ia selalu memegang teguh nilai-nilai yang diyakininya.***

PANITIA OMO OSIS SMA TERBUKA KUTASARI : MINTA TAMBAHAN DANA

PERMOHONAN TAMBAHAN DANA

ORIENTASI MANAJEMEN OSIS


 

Berdasarkan proposal yang telah diajukan pada tanggal 6 Oktober 2011 mengalami kesalahan dalam rincian dana, sehingga memerlukan adanya tambahan dana untuk keperluan sebagai berikut :

  • Pembelian 1 dus air mineral            : Rp 12.000-,
  • Pembuatan LPJ                    : Rp 30.000-,
  • Pembuatan Piagam 44 orang @ Rp 1500-,    : Rp 66.000-,
  • Pembelian Kwitansi                : Rp 10.000-,
  • Dana Oprasional                : Rp 12.000-,+

    Jumlah        : Rp 130.000-,


 

Demikian pengajuan/Rancangan Anggaran Dana Tambahan, dengan harapan mendapatkan persetujuan. Atas perhatian dan kesepakatannya kami sampaikan terima kasih.


 

    Ketua Panitia    Sekretaris


 


 

    RIKO NGAROZAH    TIYANINGSIH

Mengetahui

    Kepala Sekolah    Waka Kesiswaan


 


 

    SUKIRTO, S.Pd, M.Si    TOPAN DWIONO PURBAYA, S.Pd

    NIP. 19660416 198903 1 013     NIP. 19780513 200701 1 006

BLANKO SURAT OSIS SMA TERBUKA KUTASARI 2011

ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS)

SMA TERBUKA KUTASARI

Jl. Raya Tobong Kec. Kutasari Kab. Purbalingga

Nomor    :         Kutasari,

Lampiran    :    

Perihal    :    


 

Kepada Yth.


 


 


 


 

Dengan hormat.


 

Dengan ini memohon kesediaan Bapak dan Ibu Guru SMA Terbuka Kutasari untuk menjadi pembicara/pemateri pada kegiatan yang akan diselenggarakan dengan ketentuan sebagai berikut :

Hari/Tanggal    :    

Waktu    :    

Materi    :    

Tempat    :    

Acara    :    


 

Demikian permohonan yang kami sampaikan semoga dapat dikabulkan. Atas perhatian dan kesediannya kami ucapkan terima kasih.


 


 

    Ketua Panitia    Sekretaris


 


 


 


 

    RIKO NGAROZAH    TIYANINGSIH


 

    Mengetahui,

    Kepala SMA Terbuka    Waka SMA Terbuka


 


 


 


 

    SUKIRTO, S.Pd, M.Si.    TOPAN DWIONO PURBAYA, S.Pd.

    NIP. 196604161989031013    NIP. 197805132007011006

RESENSI BUKU : PANJI TENGKORAK

Melacak Jejak Kebudayaan Lewat Komik



Judul    :    Panji Tengkorak, Kebudayaan dalam Perbincangan
Penulis    :     Seno Gumira Adjidarma
Penerbit    :     Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun    :     2011

Dari sebuah artifak budaya dapat dilihat bagaimana sebuah kebudayaan berlangsung. Artinya, kompleksitas budaya dapat dilihat dengan melakukan pembacaan terhadap artifak ataupun teks. Berbagai kekuatan maupun kekuasaan yang melatari sebuah budaya dapat ditelusuri lewat proses ini.

Begitu pula dengan komik. Komik sebagai sebuah artifak yang lahir dalam sebuah masyarakat, diyakini merepresantasikan kedalaman sebuah budaya. Ia tidak hanya sebuah karya seni, melainkan juga sebuah sejarah panjang ideologis, termasuk komik Indonesia.

Dikatakan sejarah panjang karena tidak ada satu pun komikus Indonesia, terutama komikus di tahun 1960-an hingga tahun 1970-an. yang membuat komik tanpa mempelajari gagasan, cara bertutur, gaya maupun teknik menggambar dari berbagai macam komik yang memasuki Indonesia, misalnya saja komik Amerika.

Hal ini memperlihatkan bahwa komik-komik asing memengaruhi perkembangan komik Indonesia. Jika ini dikaitkan dengan dinamika pemasaran, ataupun tarikan ideologi maupun politik identitas kekuasaan, maka komik Indonesia menjadi sebuah wilayah pertarungan ideologi.

Dalam buku ini, Seno Gumira ingin membuktikan hal itu lewat risetnya atas komik Indonesia. Untuk itu ia mengambil pilihan komik Panji Tengkorak. Panji Tengkorak karya Hans Jaladara pernah populer di tahun 1960-an.

Komik ini kemudian mengalami perubahan dalam setiap penerbitan ulangnya, baik dari segi visual maupun tekstual. Perubahan itu terjadi pada tahun 1985 dan tahun 1996. Dengan begitu, komik Panji Tengkorak yang ditampilkan sebagai perbandingan ialah komik dengan tahun terbitan 1968, 1985 dan 1996.

Kajian budaya yang dilakukan oleh Seno ini adalah sebuah strategi untuk membongkar aneka tarikan ideologi yang terdapat di dalamnya. Bahkan pergulatan sang autor pun dapat ditelusuri dengan metode kajian budaya ini.

Dari "pembacaan" terhadap ketiga komik tersebut, ada sejumah catatan yang dihasilkan Seno. Pertama komik adalah sebuah konstruksi realitas. Artinya dalam Panji Tengkorak terdapat tanda-tanda yang mengacu pada realitas, yakni jejak kebudayaan itu sendiri.

Komik juga berusaha melepaskan diri pembebanan wacana dominan dan pengalamiahan kebudayaan. Sebab pada dasarnya kebudayan adalah proses yang dirancang, dan bukan terjadi dengan sendirinya.

Selain itu, yang menarik, dari komik Panji Tengkorak adalah, dapat diketahuinya identitas serta kompleksitas sang pengarang, yakni Hans Jaladara, yang bernama asli Liem Tjong Han.

Dalam komik Panji Tengkorak, Hans Jaladara memang terkesan anonimistik, enggan menyebutkan identitasanya sebagai keturunan Tionghoa. Barangkali ini diakibatkan iklim diskriminatif tethdap kaum keturunan Tionghoa.

Namun, ditemukannya istilah maupun penamaan terhadap jurus silat tertentu, tampaklah isyarat bahwa pembuat komik Panji Tengkorak dekat dengan kultur Tionghoa.

Dari buku ini dapat terlihat bahwa pelacakan jejak budaya lewat kajian budaya, dapat diketahui bagaimana sebuah budaya terbetuk, serta bagaimana ideologi serta kepentingan saling bertarung di dalamnya.***

JADWAL MATA PELAJARAN KELAS VI SD

JADWAL MATA PELAJARAN

KELAS VI

SD NEGERI 3 KARANGJENGKOL

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

NO

WAKTU

SENIN

SELASA

RABU

1

07.15-07-50

Upacara

Bhs. Indonesia

Matematika

2

07.50-08.25

Matematika

Bhs. Indonesia

Matematika

3

08.25-09.00

Matematika

IPS

IPA

4

09.00-09.15

ISTIRAHAT

ISTIRAHAT

ISTIRAHAT

5

09.15-09.50

PKn

IPS

IPA

6

09.50-10.25

PKn

PAI

SBK

7

10.25-11.00

IPA

PAI

SBK

8

11.00-11.15

ISTIRAHAT

ISTIRAHAT

ISTIRAHAT

9

11.15-11.50

IPA

PAI

TTGA

10

11.50-12.25

TTGA

Perbaikan/ Pengayaan

Perbaikan/

Pengayaan


 

NO

WAKTU

KAMIS

JUM,AT

SABTU

1

07.15-07-50

Bhs.Indonesia

Penjasorkes

Penjasorkes

2

07.50-08.25

Bhs,Indonesia

Penjasorkes

Penjasorkes

3

08.25-09.00

Bhs.Indonesia

Matematika

SBK

4

09.00-09.15

ISTIRAHAT

ISTIRAHAT

ISTIRAHAT

5

09.15-09.50

Bhs.Jawa

IPS

SBK

6

09.50-10.25

Bhs.Jawa

 

KKG

7

10.25-11.00

Bhs.Inggris

 

KKG

8

11.00-11.15

ISTIRAHAT

  

9

11.15-11.50

Bhs.Inggris

  

10

11.50-12.25

Perbaikan/Pengayaan


 

 


 

Mengetahui                     Karangjengkol,11 Juli 2011

Kepala Sekolah                     Guru Kelas VI


 


 

SUPRIYONO,S.Pd.SD                         RATNO

NIP.19620706 198304 I 006                NIP.19741028 200801 1 009